Kamis, 10 September 2009

KPA CADAS SMK N 56 JKT


komunitas berdiri sejak 3 oktober 1991 yg dahulu benama STEPAL (siswa tehnik pecinta alam, STM 12 pluit ) di resmikan di kawah ratu, Gn salak, taman nasional salak halimun.
lalu berganti nama menjadi CADAS (pecinta alam dua belas),
pada tahun 1993 CADAS mendapatkan musibah, kaka kelas kami "supriyadi" gugur pada saat diklat di kawah mati, kawah ratu, gn salak, taman nasional salak halimun, karena gas alam yang dikeluarkan oleh kawah sekitar. untuk mengenang-y maka anggota CADAS terdahulu membuatkan suatu plakat ( jika ingin liat, datang aja ke kawah mati, kawah ratu, ,lewat pasireungit - bogor) untuk mengenang almarhum dan sebagai titik pemikiran bagi pecinta alam yang lain agar memperhatikan safety prosedur dalam standart pendakian.
seiring waktu CADAS pun mulai vakum kira-kira tahun 2002 mungkin karena kesibukan pribadi pengurus pada saat itu.
berawal dari melihat sekretariat CADAS yang tak terawat (kira-kira tahun ajaran 2003/2004, STM 12 pluit berganti nama menjadi SMK Negeri 56, kami baru kelas satu) saat itu kami "syarif, pebri dan slamet/mamet" melihat melalui jendela sekretariat yang penuh dengan debu, kami berinisiatif untuk membangkitkan CADAS dari vakum.
kami mulai mencari dukungan dari pihak warga sekolah, setahun tak terasa kami bergriliawan mencari asal usul CADAS tapi hasil-y nihil, hanya dapat nama angkatan terdahulu tapi tak tahu dimana keberadaan mereka. kami pun setak dan menemui jalan buntu dalam hal ini.
tahun ajaran baru telah tiba (2004/2005 kami kelas dua) ada guru yang bersedia untuk menjadi pembina kami, beliau adalah "bapak Pranowo S,pd." beliau adalah guru elektronika.
pada saat itu pula teman kami "turino junaedi" menjadi ketua OSIS kami pun segera memanfaatkan sikon pada saat itu.
pembentukan mulai berjalan dan reorganisasi pun mulai tercium (walaupun masih bergrilia ria), kami mulai berdiri sendiri tanpa bantuan alumni CADAS dikarenakan yang disebutkan di atas tadi, nama CADAS berubah menjadi KPA - CADAS artinya komunitas pecinta alam CADAS ( CADAS disini bukan pecinta alam dua belas tetapi adalah sebutan bagi organisasi kami yaitu "CADAS"), logo pun ikut berubah, karena logo yang lama kami tidak tahu apa makna-y. tanpa meninggalkan ciri khas, logo CADAS yang baru kami adopsi dari logo CADAS yang lama dengan sedikit perubahan dan memiliki makna yang baru.
walaupun kami telah reorganisasi tetapi organisasi kami masih dipandang sebelah mata oleh warga sekolah (entah yang sekarang seperti apa, kami tidak pernah mempermasalahkan hal itu) pada tahun ajaran ini kami bekarja keras, saya mencari ilmu di organisasi pecinta alam lain, mamet tetap pada pencarian alumni terdahulu (tetapi masih nihil), pebri mengumandangkan nama kami ke setiap pecinta alam di jakarta (walaupun tidak semua) dengan cara bersilaturahmi dengan pecinta alam lainnya, dan teman kami ketua osis bertugas merealisasikan keberadaan kami di sekolah, pak pembina juga bekerja keras dengan manajemen dan tekhnik rahasia-y dalam bidang keorganisasian.
tahun ajaran 2005/2006 kami telah kelas 3 sekarang.
20 agustus 2005 kami mulai mengembangkan sayap, mencari anggota, mengirim-y untuk diktat di pecinta alam lain, ikut lomba panjat tebing (walaupun ga' ada basic).
setelah lulus, dengan ilmu yang saya dapatkan saya mulai mengajar di CADAS dengan suka rela sampai sekarang., begitu juga team sukses kami semua bekerja hingga saat ini untuk mengembangkan sayap CADAS ke seluruh antero jagad (klo bisa,, pasti bisa).
kami bersyukur sampai sekarang anggota kami sudah 35 lebih yang terseleksi (telah mengikuti pendidikan dahulu disebut diklat) dan tercatat sebagai anggota CADAS (pengurus yang baru).
kini KPA-CADAS adalah suatu komunitas siswa siswi SMK Negeri 56 Jakarta (dahulu STM 12 pluit) di bidang pecinta alam ( terdiri dari gunung hutan, susur goa, panjat tebing, fotografer alam, dan olah raga dayung), kemanusiaan (search ang rescue "SAR", peduli sesama, dll) dan lingkungan hidup (pelestarian alam). yang telah bangkit dari Vakum selama beberapa tahun.
kini hidup talah hidup kembali hingga sekarang dan selamanya. mohon restu dan dukungannya bagi para alumni terdahulu dan semua orang yang turut mendukung keberadaan kami.
Thanks for : Kepala sekolah SMKN 56 Jkt,
Guru & Karyawan SMKN 56 Jkt
Drs. Hadi Purnomo Isram (sesepuh cadas)

Kamis, 03 September 2009

Bagaimana seorang Muslim berpikir lebih dalam??

"(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Aali ‘Imraan, 3:191).
Banyak yang beranggapan bahwa untuk "berpikir secara mendalam", seseorang perlu memegang kepala dengan kedua telapak tangannya, dan menyendiri di sebuah ruangan yang sunyi, jauh dari keramaian dan segala urusan yang ada. Sungguh, mereka telah menganggap "berpikir secara mendalam" sebagai sesuatu yang memberatkan dan menyusahkan. Mereka berkesimpulan bahwa pekerjaan ini hanyalah untuk kalangan "filosof".
Padahal, sebagaimana telah disebutkan dalam pendahuluan, Allah mewajibkan manusia untuk berpikir secara mendalam atau merenung. Allah berfirman bahwa Al-Qur'an diturunkan kepada manusia untuk dipikirkan atau direnungkan: "Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan (merenungkan) ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran" (QS. Shaad, 38: 29). Yang ditekankan di sini adalah bahwa setiap orang hendaknya berusaha secara ikhlas sekuat tenaga dalam meningkatkan kemampuan dan kedalaman berpikir.
Sebaliknya, orang-orang yang tidak mau berusaha untuk berpikir mendalam akan terus-menerus hidup dalam kelalaian yang sangat. Kata kelalaian mengandung arti "ketidakpedulian (tetapi bukan melupakan), meninggalkan, dalam kekeliruan, tidak menghiraukan, dalam kecerobohan". Kelalaian manusia yang tidak berpikir adalah akibat melupakan atau secara sengaja tidak menghiraukan tujuan penciptaan diri mereka serta kebenaran ajaran agama. Ini adalah jalan hidup yang sangat berbahaya yang dapat menghantarkan seseorang ke neraka. Berkenaan dengan hal tersebut, Allah memperingatkan manusia agar tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang lalai:
"Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai." (QS. Al-A’raaf, 7: 205)
"Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman." (QS. Maryam, 19: 39)
Dalam Al-Qur'an, Allah menyebutkan tentang mereka yang berpikir secara sadar, kemudian merenung dan pada akhirnya sampai kepada kebenaran yang menjadikan mereka takut kepada Allah. Sebaliknya, Allah juga menyatakan bahwa orang-orang yang mengikuti para pendahulu mereka secara taklid buta tanpa berpikir, ataupun hanya sekedar mengikuti kebiasaan yang ada, berada dalam kekeliruan. Ketika ditanya, para pengekor yang tidak mau berpikir tersebut akan menjawab bahwa mereka adalah orang-orang yang menjalankan agama dan beriman kepada Allah. Tetapi karena tidak berpikir, mereka sekedar melakukan ibadah dan aktifitas hidup tanpa disertai rasa takut kepada Allah. Mentalitas golongan ini sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur'an:
Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?"
Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak ingat?"
Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang besar?"
Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?"
Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (adzab)-Nya, jika kamu mengetahui?"
Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu (disihir)?"
"Sebenarnya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta." (QS. Al-Mu’minuun, 23: 84-90)